Marisaya ceritakan dimana cerita ini terjadi. Ceritanya berasal dari sebuah desa yang bernama Pagat kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Yaitu sebuah desa yang terletak di kawasan Kalimantan Selatan, Indonesia. Berbeda dengan Malin Kundang, yang menjadi daya tarik cerita rakyat Malin Kundang ini adalah wahana wisata alamnya
KM Karya Indah tenggelam di Sungai Mahakam, Rabu (17/4) petang. 1 Orang tewas, sementara puluhan masih hilang.Manifes penumpang yang tidak jelas menyulitkan petugas memastikan berapa jumlah penumpang di kapal itu. Mariamah, korban selamat dari tenggelamnya KM Karya Indah di Sungai Mahakam mengatakan nakhoda kapal telah memberikan instruksi supaya para penumpang menyelamatkan diri
Terjadipembicaraan singkat antara Amat Mude dengan Si Lenggang Raye, Raja Buaya, dan Naga besar. Ketiga binatang buas itu bertugas menjaga pulau dari orang-orang jahat. Pada saat bertemu Amat Mude, ketiga tidak menunjukkan perlawanan. Cerita Rakyat Kalimantan Selatan: Dongeng Raja Baik Hati Memberikan Putrinya; Bagikan tulisan ini:
Vay Tiền Nhanh. Cerita Batu Menangis adalah dongeng rakyat Kalimantan Barat yang sangat terkenal. Konon hingga saat ini batu tersebut masih mengeluarkan air. Kalian tentunya penasaran dengan legenda batu menangis ini. Kakak ceritakan dengan lengkap yah. Selamat membaca. Di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya. “Ah, aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.” Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. “Sampai kapan aku akan hidup seperti ini?” keluh Darmi dalam hati. Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang lain. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar permintaannya dituruti. Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat penampilannya. Namun tiba-tiba Darmi teringat bahwa ia tak memiliki pakaian yang pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah ia mencari ibunya yang sedang memasak di dapur. “Ibu, tolong belikan aku pakaian dan selendang baru. Lusa akan ada pesta di desa Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua,” kata Darmi merengek. “Bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu saja. Masih bagus bukan?” ujar sang ibu. “Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi.” Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan anak semata wayangnya itu. Ia tak tega padanya. “Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di pasar.” “Tidak mau.” Teriak Darmi kasar. “Aku tidak mau pergi ke pasar dengan ibu. Sebaiknya ibu berikan saja uangnya padaku agar aku bisa membelinya sendiri.” “Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian. Bukankah Iebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?” Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya. Ia malu dan khavvatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama wanita tua itu lalu mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang hasil penjualan kayu bakar, ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu. Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, rnembuat ibunya tak mampu mengikutinya. “Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di beIakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul langkahmu.” Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dari desa tetangga yang menyapanya. “Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka. “Aku mau ke pasar,” jawab Darmi. “Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu kah?” Seketika wajah Darmi terlihat memerah karena malu, “Oh bukan! Bukan! Mana mungkin dia ibuku.” Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar tak ditanya-tanya lagi. Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Namun ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan segera berubah pikiran. Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, ia pun menegur anaknya. “Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?” Darmi menoleh kesal dan membentak, “Aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu’ Jelek, keriput dan lusuh! Ibu Iebih pantas jadi pembantuku!” Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di pinggir jalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit. Rasa sakit di hatinya membuat ia kutukan. “Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak hamba ini! benar telah membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka itu menjadi batu!” Doa sang ibu terkabul. Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan biru berubah berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut, lalu ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah ia menyadari bahwa kedua kakinya berubah menjadi batu. Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia kian ketakutan mendapati pinggangnya pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak,”Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Bu” Legenda Cerita Batu Menangis Namun, semuanya telah terlambat bagi Darmi. Sang ibu hanya terdiam. Sama sekali tak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu. Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis. Pesan Moral dari Cerita Batu Menangis – Dongeng Kalsel adalah hormati kedua orangtua kamu, terutama ibu yang sudah melahirkan kamu. Membuat ibumu bersedih atas tingkah lakumu yang tidak baik hanya akan membuat hidupmu susah di kemudian hari. Baca juga cerita rakyat Kalimantan lainnya pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Dongeng Batu Menangis
Sama seperti daerah-daerah lainnya, Kalimantan Selatan juga memiliki kisah yang seru untuk disimak. Salah satunya adalah cerita rakyat Pangeran Biawak ini. Penasaran seperti apa? Mending langsung disimak saja kisah lengkapnya berikut Biawak adalah sebuah cerita rakyat asal Kalimantan Selatan. Kalau mungkin merasa kurang familier atau belum pernah membacanya, maka nanti kamu bisa menyimaknya di yang mengajarkan untuk tak meremehkan penampilan fisik orang lain ini seru banget, lho. Cocok jika kamu dongengkan kembali untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Terlebih lagi, cerita ini memiliki nilai moral yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan gimana kisah lengkapnya? Daripada kelamaan dan makin penasaran, kamu bisa langsung menyimak ringkasan, penjelasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya berikut ini, ya! Selamat membaca! Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaa di tepi sungai yang diperintah oleh seorang raja yang bijak dan baik hati. Raja tersebut memiliki tujuh orang putri yang semuanya berwajah cantik. Kian hari, usia raja sudah tak muda lagi. Anak-anak perempuannya sudah cukup umur untuk menikah. Namun hingga kini, belum ada laki-laki yang mau meminang mereka. Hal tersebut tentu saja membuat raja khawatir. Kalau nanti tiada, ia takut tidak akan ada yang menjaga anak-anaknya. Sebenarnya, para putri tersebut memang belum berniat untuk menikah. Mereka merasa belum menemukan seseorang yang cocok. Maka dari itu, sang raja kemudian memikirkan suatu cara supaya anak-anaknya menemukan pria yang cocok. Ia kemudian berpikiran untuk mengadakan sayembara. Pesertanya nanti tentu saja boleh dari kalangan mana pun. Mau miskin atau kaya, rakyat jelata atau bangsawan, semuanya boleh mengikuti sayembara tersebut. Kalau berhasil, mereka tentu saja akan mendapatkan hadiah. Nanti, laki-laki yang berhasil memenangkannya akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Syaratnya tentu saja tidak akan mudah. Mau tahu apakah itu? Laki-laki yang mengikuti sayembara tersebut harus berhasil membangun sebuah istana megah di seberang sungai dalam waktu yang singkat. Perihal Sayembara Para pengawal kemudian mengumumkan sayembara tersebut. Mereka menyebarkannya hingga ke pelosok desa. Setelah sayembara diumumkan, beberapa hari kemudian datanglah enam pemuda yang menyanggupi persyaratan tersebut. Masing-masing dari mereka harus menyelesaikan sebuah istana megah. Ajaibnya, dalam waktu yang cukup singkat, mereka bisa dengan mudah membangun istana tersebut. Namun, sepertinya masih ada yang kurang. Jembatan untuk menghubungkan istana utama dan enam istana yang baru dibangun belum ada. Maka dari itu, raja menunggu seorang pemuda lagi yang sanggup untuk membuatkan jembatan tersebut. Tak lama kemudian, datanglah seorang ibu tua yang membawa seekor biawak. “Ampun, Paduka. Hamba datang ke sini untuk mengikuti sayembara. Anak hamba sanggup untuk membangunkan sebuah jembatan besar seperti yang Baginda inginkan,” katanya. Raja tersebut menjawab dengan bijak. “Sayembara ini terbuka untuk siapa pun, termasuk anakmu.” “Meskipun hamba hanya seorang yang begitu rendah dan miskin?” tanya perempuan tua itu lagi. “Aku bukanlah orang yang suka membeda-bedakan. Aku juga memegang teguh janjiku. Kalau anakmu memang bisa membangun jembatan itu, maka ia akan kunikahkan dengan salah satu putriku.” Baca juga Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil Seekor Biawak Sumber YouTube – Dongeng Kita Setelah mendengarkan perkataan raja, wanita tua tersebut kemudian berbicara kepada biawak yang dibawanya. “Anakku, kamu sudah mendengar sendiri ucapan Paduka Raja, kan? Sekarang, buktikanlah kesanggupanmu itu.” Semua orang yang ada di istana, termasuk raja, begitu terkejut ketika mengetahui kalau anak yang dimaksud wanita tua itu ternyata seekor biawak. Mereka semakin terkejut ketika mengetahui kalau biawak tersebut dapat berbicara. “Baiklah, Ibu. Saya menyanggupi persyaratan dari Paduka Raja. Saya mohon restu, ya, Bu,” katanya. Tak ingin membuang-buang waktu, Biawak kemudian memulai pekerjaannya. Ia ternyata memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia berhasil membangun jembatan penghubung hanya dalam waktu kurang dari semalam. Dirinya pun kemudian dinyatakan sebagai pemenang. Memilih Biawak Sesuai yang telah dijanjikan, si Biawak tentu berhak untuk menikahi salah seorang putri raja. Raja lalu bertanya kepada putri-putrinya mengenai siapa yang mau menikah dengan biawak tersebut. Sayang sekali, putri sulung hingga putri keenam raja menolak untuk dijadikan istri oleh biawak. Harapan terakhirnya kemudian jatuh ke putri bungsu. Tanyanya, “Bagaimana denganmu, Anakku? Apakah kamu juga menolak menikah dengan biawak yang memenangkan sayembara itu?” Berbeda dengan kakak-kakaknya, si bungsu tersenyum dan menjawab, “Ayah, sesungguhnya ucapan seorang raja haruslah terlaksana. Jika kakak-kakak tidak mau, hamba bersedia menikah dengan putra dari ibu itu.” Sebenarnya, Paduka Raja agak tidak ikhlas membiarkan putri bungsunya menikah dengan Biawak. Akan tetapi, janji memang harus ditepati. Akhirnya, ia merelakan si Bungsu untuk menikah dengan si Biawak. Baca juga Kisah Ikan Sakti Sungai Janiah dan Ulasan Menariknya, Ketika Anak Tak Menuruti Perintah Ibunya Pernikahan Putri Bungsu dan Biawak Raja kemudian menggelar pesta yang cukup meriah untuk merayakan pernikahan putri bungsunya itu. Setelah pesta usai, Putri Bungsu lalu menempati kemarnya bersama bersama Biawak. Saking lelahnya, Putri Bungsu pun tertidur. Sementara itu, Biawak hanya berdiam di sudut ruangan. Saat tengah malam tiba, Putri Bungsu yang sedang tertidur tiba-tiba bangun. Saat menoleh ke samping, ia kaget sekali ketika mendapati ada seorang laki-laki berwajah tampan berbaring di sampingnya. Wanita itu kemudian berteriak begitu keras dan menyebutkan ada orang asing di kamarnya. Hal itu tentu saja membuat para pengawal berdatangan. Namun, sesampainya di kamar para pengawal tidak mendapati ada orang asing di sana. Sang putri juga merasa heran karena laki-laki yang berbaring di sampingnya tiba-tiba saja menghilang. Ia kemudian menjadi sangat penasaran dan bertanya-tanya. Apakah dirinya hanya bermimpi? Tapi, ia bisa dengan jelas melihat pria tampan itu. Yang lebih mengherankan lagi, ia juga tidak menemukan suaminya yang berwujud biawak di kamar. Pokoknya, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rahasia yang Terungkap Keesokan malamnya, Putri Bungsu berpura-pura untuk tidur lebih awal. Ketika merasakan gerakan di tempat tidur, ia kemudian menggerakkan tubuhnya untuk menghadap ke sang suami. Ia melihat laki-laki tampan itu lagi yang seperti hendak kabur. Ia lalu memegang tangan pria tersebut dan berkata, “Sebenarnya kamu itu siapa? Mengakulah saja sebelum aku berteriak memanggil prajurit lagi.” Namun, pria tersebut menimpalinya dengan tenang. “Tenanglah, kamu tidak perlu berteriak-teriak seperti itu istriku.” “Apa maksudmu? Kamu jangan sembarangan kalau biacara, ya! Suamiku itu adalah seekor biawak.” “Ini adalah aku yang sebenarnya. Coba lihatlah kulit biawak yang aku letakkan di sudut kamar itu. Aku dulu melakukan sebuah kesalahan yang begitu fatal. Maka dari itu, aku dikutuk menjadi seekor biawak,” jelasnya. Setelah mendengar penjelasan tersebut, Putri Bungsu pun mengerti. “Lantas, adakah yang bisa dilakukan untuk melepas kutukanmu itu, Suamiku?” “Tentu saja. Aku akan terbebas dari kutukan tersebut apabila wanita yang bersedia menikah denganku membakar kulit biawak tersebut,” jawabnya. Tidak buang-buang waktu lagi, wanita tersebut kemudian mengambil kulit biawak lalu membakarnya. Sejak saat itu, pria tersebut tidak lagi berubah wujud menjadi seekor biawak. Putri Bungsu dan suaminya pun hidup bahagia. Sementara itu, kakak-kakaknya merasa sangat menyesal karena menolak menikah dengan biawak yang ternyata seorang pangeran yang tidak hanya sakti, tetapi juga tampan. Baca juga Legenda Batu Gantung Danau Toba dan Ulasannya, Kisah Tragis Wanita Cantik dari Sumatera Utara Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Pangeran Biawak Sumber Wikimedia Commons Gimana sinopsis lengkap cerita rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan di atas? Seru banget untuk disimak, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga bisa menemukan penjelasan singkat dari unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Selengkapnya, bisa kamu baca berikut 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini adalah harus menepati janji dan menerima pasangan apa adanya. Sama seperti raja yang tetap memenuhi janjinya dan Putri Bungsu yang menerima suaminya. 2. Tokoh dan Perwatakan Sementara itu, ada beberapa tokoh dari cerita rakyat Pangeran Biawak yang akan diulik. Yang pertama adalah sang raja. Ia adalah seorang yang adil, bijaksana, dan begitu menyayangi putrinya. Selain itu, ia adalah orang yang memegang teguh janjinya. Tokoh yang kedua adalah Putri Bungsu. Ia adalah seorang anak yang patuh. Ia juga seorang yang baik hati dan tidak menilai seseorang hanya dari bentuk fisiknya saja. Selanjutnya, tentu saja ada kakak-kakak dari Putri Bungsu. Bisa dibilang, mereka adalah orang-orang yang egois dan menghakimi orang dari penampilannya. Kemudian yang terakhir adalah Pangeran Biawak. Ia merupakan seseorang yang cakap dan tidak mudah putus asa. Beruntung sekali dirinya berhasil mendapatkan Putri Bungsu yang mau mencintainya meski masih berwujud biawak. 3. Latar Karena hikayat Pangeran Biawak ini berasal dari Kalimantan Selatan, maka secara umum latar tempatnya terjadi di daerah tersebut. Akan tetapi, dalam cerita juga disebutkan latar tempatnya secara spesifik, yaitu sebuah istana di pinggir sungai. Sementara itu, kamu juga bisa menemukan setting waktu cerita ini. Salah satu contohnya adalah terjadi di malam hari. 4. Alur Untuk alurnya sendiri, cerita rakyat Pangeran Biawak menggunakan alur maju. Kisahnya dimulai dari raja yang mengadakan sayembara dan yang berhasil akan dinikahkan dengan anaknya. Kemudian ada seekor biawak ajaib yang mengikuti sayembara tersebut dan berhasil. Ia kemudian menikah dengan si Putri Bungsu. Ternyata, pangeran tersebut adalah laki-laki tampan yang terkena kutukan. Di akhir cerita, Putri Bungsu dapat menghilangkan kutukan tersebut dan mereka hidup bahagia selamanya. 5. Pesan Moral Dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini, kamu bisa memetik beberapa amanat atau pesan moral. Salah satunya adalah jangan hanya melihat orang dari tampilan fisiknya. Pangeran Biawak pada awalnya diremehkan oleh putri-putri yang lain karena dianggap menjijikkan. Tapi nyatanya, ia sebenarnya seorang pangeran yang dikutuk. Selanjutnya, kamu harus menepati janji yang telah dibuat. Sama seperti raja yang menepati janjinya untuk menikahkan sang pemenang sayembara dengan putrinya. Tak hanya itu saja, kamu harus tulus karena melakukan sesuatu. Ketulusanmu itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti apa yang dialami oleh Putri Bungsu. Dan yang terakhir, kamu jangan mudah berputus asa seperti Pangeran Biawak. Pada awalnya, mungkin mendapatkan gadis yang tulus mencintainya itu sulit karena bentuk fisiknya. Namun, ia mendapatkan orang yang tepat. Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun kisah tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berkaitan erat dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dipegang teguh. Baca juga Kisah Asal-Usul Nyi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan Beserta Ulasannya yang Menarik untuk Dibaca Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan Sumber YouTube – Dongeng Kita Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan dan penjelasan unsur intrinsik di atas, kan? Eitss… tapi tunggu dulu karena ulasan ini belum selesai. Selanjutnya, kamu bisa membaca fakta menarik tentang kisah tersebut berikut ini 1. Versi Lain Namanya juga cerita rakyat yang dulunya diceritakan secara lisan, sedikit perbedaan pada plot dan nama tokoh adalah hal yang biasa. Kalau dalam versi ini, sang raja bertanya kepada putri-putrinya mengenai syarat untuk sayembara. Salah satu syaratnya, orang tersebut harus memiliki kesaktian dan bisa membangun sebuah istana yang megah untuk ditinggali bersama. Pada awalnya, mereka sudah mendapatkan enam pemuda sakti yang berhasil membangun istana dalam sekejap. Setelah selesai, ternyata masih kurang sebuah jembatan yang menghubungkan istana yang lama dan baru. Nah untuk kelanjutannya, kisahnya hampir sama seperti yang telah kamu baca di atas. Hanya saja, ada perbedaan di bagian akhirnya. Saat semuanya sudah menikah dan identitas Pangeran Biawak diketahui, hal itu membuat kakak-kakak Putri Bungsu merasa iri. Mereka merasa menyesal telah menolak Pangeran Biawak yang ternyata merupakan seorang laki-laki yang begitu tampan. Setelah itu, putri-putri tersebut kemudian menyuruh suami-suaminya untuk berdagang ke tempat yang jauh. Masing-masing dari mereka kemudian memelihara seekor biawak di kamarnya. Mereka berharap biawak tersebut bisa berubah menjadi lelaki tampan. Namun tentu saja, itu adalah hal yang sangat mustahil. Bukannya mendapati lelaki tampan di kamarnya, mereka kemudian malah kesakitan karen digigit oleh biawak-biawak liar tersebut. Para pengawal yang mendengar para putri kesakitan kemudian menyusul ke ruangannya. Tak menunggu waktu lama, mereka kemudian membuang biawak-biawak liar itu. Keesokan harinya, kakak-kakak Putri Bungsu kemudian minta maaf kepada adiknya. Mereka sadar kalau adiknya beruntung mendapatkan seorang lelaki yang tampan karena ketulusan hatinya. Tidak seperti mereka yang hanya melihat seseorang dari rupanya saja. Baca juga Kisah Hikayat Si Miskin dan Ulasan Lengkapnya yang Mengandung Nilai-Nilai Bijak Kehidupan Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Pangeran Biawak di Atas? Demikianlah hikayat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Semoga saja nggak cuma menghibur, tetapi bermanfaat, ya! Kalau misalnya masih kurang puas, kamu bisa mengecek artikel-artikel lain yang nggak kalah seru. Beberapa di antaranya ada legenda Salatiga, dongeng Kelinci dan Kura-Kura, Damarwulan, dan asal-usul Gunung Semeru. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa menyimak dongeng dari Barat dan kisah para nabi di sini, lho. Lengkap banget, kan? Maka dari itu, baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Jumlah Pengunjung 25,001 Cerita Rakyat Kalimantan Selatan merupakan legenda yang sudah ada dari generasi ke generasi, dan menjadi bagian dari budaya disana. Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang berada di selatan wilayah pulau Kalimantan dengan Suku Banjar sebagai suku yang mendominasi kawasan ini. Berikut Ini Adalah 5 cerita rakyat Kalimantan Selatan yang cukup terkenal yang bisa kamu ceritakan. Baca Juga Inilah Cerita Rakyat Maluku yang Paling Terkenal sampai sekarang Daftar Cerita Rakyat Dari Bali yang Terkenal sampai kini 1. Awang Sukma dan Telaga Bidadari Awang Sukma Dan Telaga Bidadari – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal yang pertama adalah cerita tentang Awang Sukma Dan Telaga Bidadari. Ada seorang lelaki muda rupawan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan bertelaga jernih, dan hidup seorang diri. Selain berwajah tampan, dia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya dapat menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarnya. Hingga satu hari dia terbangun dari tidurnya, karena terkejut oleh suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Dia tidak percaya pada pemandangan yang ada di depan matanya. Ada tujuh putri cantik yang turun dari angkasa, dan terbang menuju telaga. Dari tempat persembunyiannya, Awang Sukma dapat menatap ketujuh putri yang sedang berenang tersebut. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari, jika salah satu dari pakaiannya hilang. Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, dia menyembunyikannya ke dalam sebuah lumbung padi. Putri yang kehilangan pakaiannya adalah putri bungsu yang paling cantik. Akibatnya, dia tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Saat dirinya sedang ketakutan dan kesal, Awang Sukma keluar dari mengajak si putri bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya dia pun meminangnya. Sang putri menerima pinangan tersebut, dan menjadi istri dari Awang Sukma, hingga memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Kumalasari. Ketika satu hari Putri bungsu sedang memburu seekor Ayam, tidak sengaja matanya tertuju pada sebuah lumbung padi. Betapa terkejut dirinya saat menemukan pakaiannya kembali. Kemarahan mulai berkecamuk di dalam dirinya, bercampur dengan rasa cinta kepada suaminya. Dengan berat hati, putri bungsu memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, dia menggendong Kumalasari, yang belum genap berusia setahun. Sambil menangis, dia memeluk dan mencium putrinya. Kumalasari pun ikut menangis. Tangis ibu dan anak itu, membuat Awang Sukma terjaga dari tidurnya. Dia terpana ketika melihat sang istri telah mengenakan pakaiannya. Seketika itu pula dia tersadar, bahwa saat perpisahan telah tiba. Sambil menangis, putri bungsu pun berpesan kepadanya, untuk mengambil tujuh biji kemiri, dan memasukkannya ke dalam bakul, jika Kumalasari merindukannya. Awang Sukma harus menggoncangkan bakul tersebut, sambil melantunkan lagu dengan sulingnya. Hal tersebut adalah satu-satunya cara, agar putri bungsu datang kembali untuk menjumpai anak dan suaminya. Pesan istrinya itu dia lakukan. Namun, sebesar apapun kerinduannya terhadap sang istri, mereka tidak mungkin bersatu lagi. 2. Putri Junjung Buih – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Putri Junjung Buih – foto ig kesultananbanjar_official Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal kedua adalah cerita tentang kisah Putri Junjung Buih. Ada sebuah kerajaan bernama Amuntai di Pulau Kalimantan, yang rajanya adalah dua bersaudara. Kedua bersaudara itu bernama Patmaraga atau Raja Tua, dan adiknya Sukmaraga atau Raja Muda. Kedua raja yang rukun tersebut, sayangnya belum memiliki keturunan. Namun hasrat Sukmaraga untuk memperoleh anak, ternyata lebih besar daripada sang kakak. Dia terus berdoa kepada para dewa, agar mendapatkan putra kembar. Akhirnya para dewa mengabulkan permohonan itu, dengan syarat harus bertapa dahulu di suatu pulau. Setelah bertapa sekian lama, datanglah sebuah wangsit, yang meminta istrinya untuk memakan Burung Katsuba. Singkat cerita, sang permaisuri mengandung dan lahirlah sepasang bayi kembar yang sehat dan rupawan. Kabar tersebut memacu semangat Patmaraga untuk juga segera memiliki anak. Rupanya para dewa mengabulkan permintaan Raja Tua, namun dengan cara berbeda. Ketika sedang melewati sungai, dia melihat seorang bayi perempuan yang terapung di sungai, dan berada di atas gumpalan buih. Bayi tersebut kemudian mendapat julukan Putri Junjung Buih. Yang sungguh mengejutkan, ternyata bayi tersebut mampu berbicara. Bayi tersebut meminta selembar kain dan sehelai selimut yang harus ditenun, dalam waktu setengah hari. Raja Tua menyayembarakan permintaan tersebut. Siapapun yang memenangkannya, akan menjadi pengasuh sang bayi. Seorang perempuan bernama Ratu Kuripan memenangkan sayembara itu. Rupanya tidak hanya cakap dalam menenun, dia juga memiliki kekuatan gaib, sehingga mampu memenuhi permintaan sang bayi. Raja Tua memenuhi janjinya, dan mengangkat Ratu Kuripan menjadi pengasuh Putri Junjung Buih, hingga dewasa. 3. Mandin Tangkaramin Air Terjun Mandin Tangkaramin – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang terkenal berikutnya adalah cerita tentang air terjun mandin Tangkaramin. Disikahkan dulu Di sebuah desa bernama Malinau, hiduplah dua orang pemuda bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan. Kedua pemuda itu selalu hidup bermusuhan, karena sifat mereka yang sangat bertentangan. Bujang Alai merupakan putra seorang kaya dan berwajah tampan. Namun sayang kelebihannya itu membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang angkuh. Sedangkan Bujang Kuratauan memiliki wajah yang biasa biasa saja, dan berasal dari keluarga sederhana. Bujang Alai senantiasa menyelipkan keris di pinggangnya. Tidak jarang dia berlaku sewenang wenang terhadap orang lain, terutama yang miskin. Namun tidak ada seorangpun yang berani melawannya karena mereka takut kepada ayah Bujang Alai. Berbeda dengan saudaranya, Bujang Kuratauan merupakan sosok pemuda yang sopan dan hormat terhadap siapa saja. Bujang Kuratauan juga selalu membawa senjata berupa parang bungkul jika bepergian. Hal itu semata mata hanya untuk membela diri. Pada satu hari terjadilah pertikaian antara dua pemuda tersebut, yang berakhir dengan pertempuran sengit, dan harus berlanjut hingga keesokan harinya. Pertempuran di hari kedua terjadi di sebuah air terjun bernama di Mandin Tangkaramin. Bujang Alai akhirnya tewas dalam pertempuran besar tersebut. Keluarga Bujang Alai tidak dapat menerima kematiannya. Sang Ayah berniat menuntut balas kematian anaknya, dan berencana menyerang Bujang Kuratauan dan keluarganya. Setelah tahu rencana balas dendam tersebut, Bujang Kuratauan dan ayahnya segera mengatur siasat. Seluruh keluarga Bujang Kuratauan menyalakan obor, dan berlari sambil memegangnya di dalam gelap. Kemudian, membuang semua obor tersebut ke dasar sungai Mandin Tangkaramin. Keluarga Bujang Alai yang sedang berselimutkan dengan kemarahan, berlari mengejar obor-obor tersebut, tanpa melihat dimana mereka berada. Setelah sesaat, terdengarlah teriakan keluarga Bujang Alai yang jatuh ke dasar sungai. Tubuh seluruh anggota keluarga Bujang Alai dan para pengikutnya jatuh terhempas menghantam bebatuan tajam di dasar sungai. Cucuran darah yang mengalir, membuat semua batu di air terjun berwarna merah. Hingga saat ini masyarakat sekitar percaya, bahwa bongkahan batu besar berwarna merah tersebut,merupakan batu yang terkena darah keluarga Bujang Alai. Mereka menyebutnya Manggu Masak. 4. Gunung Batu Bini & Gunung Batu Laki Gunung Batu Bini dan Gunung Batu laki – foto adyalbagaits1234 Cerita Gunung Batu Bini dan GUnung Batu Laki juga termasuk Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang juga sangat terkenal. Dahulu ada Angui seorang pemuda yang cekatan dan rajin bekerja. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua bernama Diang Ingsung. Sewaktu kecil, Angui sering pergi mencari ikan di sungai bersama ibunya dengan sampan dari kayu. Ketika sudah dewasa, setiap hari ia pergi mencari rotan ke hutan dan menjualnya. Setelah mengumpulkan rotan, ia membersihkan dan mengikatnya dengan sangat rapi. Pada suatu hari, seorang saudagar datang ke desa itu untuk mengambil rotan dan menukarkannya dengan bahan-bahan kebutuhan pokok. Angui pun ikut menyerahkan semua rotan tersebut, untuk menukarkannya dengan bahan makanan. Saudagar tersebut terkesan melihat ketelatenan Angui saat membersihkan dan mengikat semua rotannya. Kemudian dia pun mengajak Angui untuk berlayar. Angui pulang ke rumah dengan perasaan gembira, dan meminta izin untuk ikut berlayar, walaupun harus meninggalkan ibunya sendirian. Setelah bertahun-tahun Angui bekerja dengan rajin, dan menikahi putri sang saudagar. Tidak berapa lama kemudian, saudagar itu meninggal dunia. Angui dan istrinya pun mendapatkan semua harta saudagar tersebut. Kemudian, Angui berniat untuk mengunjungi ibunya. Istrinya pun menyambut gembira ajakan suaminya. Angui pun meminta anak buahnya menyiapkan perjalanan mereka ke kampung Angui dengan menggunakan kapal yang besar dan megah. Diang Ingsung yang sudah tua renta dan sakit-sakitan bersusah payah untuk mendatangi kapal anaknya di pelabuhan, dengan sampan kayunya. Angui terkejut melihat seorang nenek kumal di atas sampan kayu, yang mendekati kapalnya. Walaupun dia mengenai bahwa itu adalah ibunya, namun dia malu mengakuinya, dan menyuruh anak buahnya untuk mengusirnya. Dengan perlahan, kapal besar itu pun perlahan menjauh dari pantai. Betapa hancur hati Diang Ingsung, karena perilaku anaknya itu. Sambil menangis, dia berdoa agar anaknya menjadi batu beserta segala kekayaannya. Tiba-tiba, langit mendung. Hujan turun dengan derasnya, beserta badai dan petir yang saling menyambar. Kapal Angui terhempas badai dan petir berkali-kali, hingga terbelah menjadi dua. Satu bagian berisi istri dan dayang-dayangnya, sedangkan bagian lainnya adalah Angui dan para awak kapal. Kedua bagian yang terbelah itu pun pelan-pelan karam. Angui sempat berteriak, dan meminta pertolongan ibunya. Namun Diang Ingsung tidak bergeming mendengar teriakan anaknya, ia tetap mendayung sampannya hingga sampai ke daratan. Daratan kampung yang tergenang air, lama-kelamaan surut. Ketika air surut, munculah dua belahan kapal yang sudah membatu. Satu bagian kapal yang berisi istri Angui dan dayang-dayangnya kemudian menjadi Gunung Batu Bini. Sedangkan bagian lainnya yang berisi Angui dan anak buahnya, menjadi Gunung Batu Laki. 5. Asal Mula Burung Punai – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Burung Punai – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang juga tak kalah terkenalnya adalah cerita tentang burung Punai. Tersebutlah ada seorang pemuda bernama Andin, yang merupakan anak sebatang kara, dan juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Dia mengembara dari satu desa ke desa lain, menjelajahi hutan belantara dan melewati berbagai negeri seorang diri. Suatu hari, tibalah Andin di Desa Pakan Dalam yang berawa dan bersungai. Di permukaan rawa tersebut, terlihat pemandangan yang sangat indah. Beraneka ragam bunga yang tumbuh mekar dan harum, sehingga burung yang senang mengunjungi daerah itu. Karena banyak burung yang cantik dan merdu di desa itu, banyak penduduk yang bekerja mamulut burung. Melihat kehidupan masyarakat di daerah itu makmur, maka Andin pun memutuskan menetap di sana. Meskipun tidak memiliki lahan untuk bertani atau beternak hewan, namun dia masih memiliki sebuah harapan, yaitu mamulut burung. Dari situlah ia bisa menghidupi dirinya. Sudah satu tahun Andin menetap di desa tersebut, dan penduduk setempat sangat menyukai Andin, karena perangainya baik dan santun. Setiap hari Andin pergi untuk mamulut burung. Karena setiap hari pergi mamulut burung, penduduk desa memanggil Andin dengan sebutan Andin Pulut. Karena keahlian Andin mamulut burung tidak ada yang menandingi di desa itu, maka sebagian besar penduduk memanggilnya Datu Pulut. Seperti biasa, pagi itu Datu Pulut bersiap-siap berangkat mamulut. Tak berapa lama kemudian, ia sudah terlihat di atas sampannya menuju hilir. Setelah menemukan tempat yang cocok, dia pun turun dari sampannya. Lalu, dia mulai memasang pulut di sejumlah pohon di pinggir sungai. Setelah itu, dia kembali ke sampan. Sambil tiduran menunggu pulutnya terkena burung, tiba-tiba hujan turun. Datu Pulut cepat-cepat naik ke daratan. Tak jauh dari tempatnya memasang pulut, terdapat beberapa pohon yang besar dan rindang. Di bawah pepohonan itu terdapat sebuah telaga yang cukup luas dan berair jernih. Datu Pulut sangat senang menemukan tempat berteduh yang nyaman. Saat hujan mulai reda kemudian dia memeriksa jebakan pulutnya. Namun, saat akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang bergembira. Kemudian Tanpa pikir panjang, dia bersembunyi di balik pohon seraya mencari tahu sumber suara tersebut. Tiba-tiba ia tersentak ketika melihat tujuh bidadari melayang-layang turun dari langit menuju telaga. Ketujuh bidadari tersebut mengenakan selendang berwarna pelangi. Andin terpesona oleh bidadari yang berselendang jingga. Para bidadari itu turun dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Mereka mandi sambil bercengkerama. Pada saat itulah, Datu mengambil selendang yang berwarna jingga, lalu menyembunyikannya ke dalam butah. Setelah hari menjelang senja, satu per satu mereka mengenakan kembali selendangnya. Namun bidadari yang berselendang jingga kehilangan miliknya. Semua saudaranya turut membantu mencari selendang tersebut, namun mereka tidak dapat menemukannya. Hari pun semakin senja. Keenam bidadari tersebut terpaksa meninggalkan bidadari cantik yang malang itu seorang diri. Bidadari yang cantik itu sangat sedih ditinggal saudara-saudaranya, hingga terus menangis. Andin merasa iba melihat bidadari itu, untuk mengajaknya pulang. Setelah sampai di gubuk reyotnya, Andin bercerita kepada sang Bidadari bahwa ia belum berkeluarga dan berniat untuk memperistrinya. Mendengar permintaan itu, sang Bidadari pun bersedia menikah dengannya, karena tidak mungkin kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Setelah itu, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan keluarga itu. Andin pun semakin rajin dan bersemangat bekerja. Pada suatu hari, sang Bidadari hendak menanak nasi. Namun, persediaan beras di pedaringan habis. Kemudian, dia masuk ke dalam kindai untuk mengambil padi. Sejak menikah dengan Datu Pulut, dirinya tidak pernah mengambil padi di tempat itu. Sang Bidadari terpana melihat sebuah butah tergeletak di sela-sela timbunan biji padi. Ia penasaran ingin mengetahui isinya. Kemudian terbukalah tutup butah itu, dan terkejut melihat selendang ungunya tersimpan disana. Dia pun tersadar, ternyata suaminyalah yang telah mengambil selendangnya beberapa tahun yang lalu. Menjelang senja, Datu Pulut pun pulang bekerja. Sang istri menyambutnya seperti biasa, hingga sang suami tidak mencurigai, bahwa dia telah menemukan selendangnya. Malam semakin larut, Datu Pulut sudah tertidur pulas di samping anaknya. Setelah berpikir keras, dia pun memutuskan untuk meninggalkan bumi. Keesokan pagi Datu Pulut tersentak kaget, ketika melihat istrinya sudah berpakaian lengkap dengan selendang warna jingganya, sambil mendekap anak mereka. Belum sempat Datu Pulut berkata-kata, sang Bidadari langsung berpesan kepadanya, untuk menjaga anak mereka. Dia pun telah memutuskan untuk kembali ke Kahyangan. Satu hal penting lagi yang sang istri pesankan adalah, untuk membuatkannya ayunan di Pohon Berunai jika anaknya menangis. Maka dia akan datang kembali, hanya untuk menyusui anaknya. Namun jika itu terjadi, terlarang bagi Datuk Pulut untuk mendekatinya. Mendengar pesan istrinya, Datu Pulut pun berjanji untuk selalu mengingat pesan itu. Sesaat kemudian, sang bidadari terbang melayang ke angkasa, meninggalkan suami dan putri tercintanya. Sejak saat itu, jika putrinya menangis, Datu Pulut segera membuatkan ayunan di Pohon Berunai yang tak jauh gubuknya. Tak lama setelah itu, datanglah istrinya untuk menyusui anaknya, bersama saudara-saudaranya. Datu Pulut hanya bisa melihat dari arah jauh dengan penuh kesabaran. Meskipun sebenarnya ia sangat merindukan istrinya, perasaan itu terpaksa ia pendam dalam hati. Namun akhirnya Datu Pulut tidak bisa lagi menahan rasa rindu kepada istrinya. Pada suatu hari, saat istrinya sedang menyusui anaknya, secara diam-diam Datu Pulut mendekat. Rupanya ia lupa pada pesan istrinya. Pada saat ia akan menyentuh istrinya, tiba-tiba terjadi keajaiban yang sangat luar biasa. Sang Bidadari dan saudara-saudaranya berubah menjadi tujuh ekor burung punai. Ketujuh burung itu pun terbang ke alam bebas dan meninggalkan Datu Pulut beserta putrinya. Datu Pulut hanya mampu menyesali diri. Setiap kali putrinya menangis, dia membawanya ke bawah Pohon Berunai. Namun istrinya yang telah menjadi Burung Punai tidak pernah datang lagi. Baca Juga Daftar Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang terkenal Inilah 4 Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan yang bersejarh Demikianlah ulasan kita kali ini mengenai 5 Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang terkenal dan masih sering diceritakan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi Sobat semua.
cerita rakyat kalimantan selatan singkat